MASA MUDA DAN MASA TUA

MASA MUDA DAN MASA TUA

Dua minggu yang lalu setelah pulang dari perjalanan singkat ke luar kota, saya kehabisan tenaga untuk mencuci tumpukan baju kotor, lalu memutuskan untuk menggunakan jasa laundry kiloan saja. Ketika tiba hari yang dijanjikan, saya pun pergi mengambil pakaian-pakaian yang sudah selesai dilaundry. Siang itu hari minggu yang cerah, dan saya baru saja selesai menghadiri acara mingguan dengan penampilan yang cantik nan anggun (ehem..).

Saat saya sudah bersiap menuju ke mobil, si tante pemilik memulai pembicaraan ringan dengan saya, "Kamu tinggal di mana?" Pertanyaan 'basa-basi' itu berujung pada obrolan yang berlangsung sekitar 20 menit lamanya. Si tante tidak henti-hentinya mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada saya, dan saya juga merasa sungkan untuk menyudahi pembicaraan kami. Beliau juga menceritakan berbagai hal tentang dirinya dan keluarganya dengan ceria dan penuh semangat. Di bawah teriknya matahari saya berdiri dengan kostum bak ingin ke pesta sambil memeluk pakaian hasil laundry seberat 5 kg.

Ada hal yang begitu menarik simpati saya. Si tante yang sudah berumur 65 tahun tapi kelihatan masih sangat sehat dan muda itu mengatakan pada saya, "Minggu depan kamu datang lagi ya, galaundry juga ga apa-apa, datang aja." Kalimat itu diulang-ulang hingga beberapa kali sampai akhir obrolan kami. Saya tidak menanyakan maksud perkataannya itu, tapi saya berasumsi dalam hati, maksudnya adalah, minggu depan datang lagi temani saya ngobrol ya. Entah kenapa saya dapat merasakan kesepian yang dirasakan beliau.

Dalam perjalanan pulang saya terus teringat akan si tante dan pembicaraan kami. Banyak hal yang terlintas di pikiran saya. Proses dari muda menjadi tua itu adalah suatu hal yang sudah pasti terjadi. Saat kita masih anak-anak, kita 'bergantung' pada orang tua yang membesarkan kita. Di saat muda, perbedaan pola pikir yang berujung pada perbedaan pendapat tidak jarang menimbulkan perselisihan dan membuat jarak di antara kita dan orang tua. Ketika kita masuk ke tahap hidup yang selanjutnya (menikah), mungkin kita akan 'minta tolong' menitipkan anak kita pada orang tua. Pada masa ini, ada dua kemungkinan, orang tua terhibur dan senang mengurus cucu; atau sebaliknya, mereka merasa sudah terlalu tua dan lemah untuk menjaga cucu.

Lepas dari hal menjaga atau mengurusi cucu, orang tua yang sudah lanjut usia secara fisik maupun psikologis sudah tentu berbeda dengan orang muda. Terkadang mereka perlu dibantu dalam mengerjakan sesuatu, bahkan untuk hal kecil seperti mengangkat barang (yang sedikit berat) sekalipun. Dan mereka juga menjadi sangat sensitif secara emosional.

Pada masa pensiun, mereka mungkin hanya mengharapkan perhatian dan menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat. Tapi kita (sebagai anak) belum tentu bisa memenuhi keinginan mereka. Kita juga punya 'kehidupan sendiri', bersosialisasi, mengejar karier, mengurusi rumah tangga, dll, dsb. Dan seiring waktu berjalan, kita pun menjadi tua, menempati posisi mereka (orang tua kita) dan akhirnya bisa merasakan perasaan mereka yang mungkin tidak dapat kita pahami saat kita masih muda seperti sekarang. Istilah "Don't judge a book by it's cover" bagi saya memiliki arti tersendiri. Kita tidak bisa menilai orang pada suatu keadaan sesuai pemikiran kita saja, karena kita tidak mengalami sendiri. Mungkin kita baru dapat memahami jika kita berada di posisi mereka?

Kemarin saya menonton film serial dan mendapatkan suatu pepatah Cina mengatakan, "Orang tua merawat kita selama lebih dari 10 tahun, tetapi kita belum tentu punya kesempatan merawat mereka selama 10 tahun." Apa yang terbaik yang sanggup kita lakukan untuk orang tua kita, lakukanlah. Walaupun terkadang kita tidak memahami, tidak bisa menerima sikap dan kelakuan mereka, suatu saat ketika kita menjadi tua nanti, kita pasti akan mengerti :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...