Kaya dan Miskin
Kaya - Dalam terminologi umum dan makna bahasa sehari-hari diartikan sebagai orang yang memiliki kapasitas harta yang banyak dan seba kecukupan kebutuhan materi-nya. Dan makna Miskin diartikan sebagai orang yang serba kekurangan dalam hal materi.
Orang-orang kaya - dalam budaya sehari-hari cenderung dilabeli sebagai orang2 yang memiliki derajad dan martabat lebih baik, lebih dihormati, lebih dihargai dibandingkan golongan orang-orang miskin, dan ini sangat nyata terlihat, bisa dilihat ekspresi orang-orang ketika sedang berbicara dengan orang kaya dan perbedaanya ketika sedang berbicara atau berinteraksi dengan orang miskin.
Oleh karena faktor-faktor tersebut di atas maka umumnya orang berusaha menjadi orang yang lebih kaya dan menjauhi kemiskinan, dan ini sangat manusiawi berdasarkan dari nalar logis bahwa memiliki sesuatu yang lebih adalah lebih baik dari pada kurang.
Orang-orang kaya - dalam budaya sehari-hari cenderung dilabeli sebagai orang2 yang memiliki derajad dan martabat lebih baik, lebih dihormati, lebih dihargai dibandingkan golongan orang-orang miskin, dan ini sangat nyata terlihat, bisa dilihat ekspresi orang-orang ketika sedang berbicara dengan orang kaya dan perbedaanya ketika sedang berbicara atau berinteraksi dengan orang miskin.
Oleh karena faktor-faktor tersebut di atas maka umumnya orang berusaha menjadi orang yang lebih kaya dan menjauhi kemiskinan, dan ini sangat manusiawi berdasarkan dari nalar logis bahwa memiliki sesuatu yang lebih adalah lebih baik dari pada kurang.
Bersyukur terhadap apa yang dimiliki
Inti dari keberadaan manusia di dunia adalah kesadaran (kalau sedang tidur atau pingsan, apapun yang dimiliki tidak ada bagi si jati diri) , dan inti dari kesadaran adalah rasa . Rasa terbentuk dari refleksi keadaan di sekeliling diri manusia yang diterima panca indera, dan lalu diformulasikan oleh sinyal-sinyal otak, dan kemudian menghasilkan getaran yang disalurkan melalui syaraf-syaraf tubuh dan mengendap/bermuara di daerah syaraf simpatik dibelakang perut (istilah psikologi : otak perut) , yang kemudian hasil getaran-getaran itu dikenal dalam bahasa umum sebagai perasaan hati atau rasa. Jadi perasaan manusia bukan berpusat di organ hati secara biologis.
Dari uraian di atas, maka maslah orang bisa bersyukur atau tidak, sedih atau senang , merasa menderita atau bahagia, sesungguhnya hanya masalah sinyal-sinyal syaraf . Maka jika ada manusia yang hanya karena masalah problema ekonomi, percintaan dan sejenisnya lalu menjadi lupa daratan, ada yang bunuh diri, menderita bathin, menyesali hidup... adalah sangat ironis dan tidak adil dalam memperlakukan tubuh yang sudah banyak memberikan manfaat selama hidupnya. Jika konteks ini dibawa kedalam Norma atau Agama, tentu mudah kita katakan dengan bahasa "hidup adalah anugerah, hidup adalah cobaan, hidup mesti disyukuri, ingat hari pembalasan...DLL" . Tapi berdasarkan pengalaman yang ada , nilai-nilai luhur yang di ajarkan Agama tak selalu berhasil membimbing jalan hidup manusia dalam mengendalikan perasaan hatinya dalam hal-hal negatif tersebut diatas, hal ini tentu disebabkan karena faktor getaran rasa pada tubuh yang cenderung lebih kuat dan nyata mempengaruhi pikiran untuk bertindak , makanya suka ada kasus pencabulan di dalam pesantren oleh para santri bahkan kyai, hal itu terjadi taklain karena masalah rasa yang tak terkendali itu.
Itulah kenapa dalam point ini saya membahas masalah esensi rasa secara lebih detil, karena biarpun ada yang menganggap sepele, tapi kenyataannya msalah rasa inilah kekuatan terbesar yang menempel dalam diri manusia dan mengendalikan kehidupan manusia didunia ini. Rasa menentukan kehancuran atau kebangkitan nasib manusia.
So, buat teh manis dan lalu duduk manis , dan tanyakan saat itu juga kepada diri sendiri : "apakah saat ini aku sedang mensyukuri apa yang kumiliki dalam hidup ini, atau sedang menyesali..? ", jika jawabannya , saya "bersyukur", maka cari terus apa-apa yang memang selayaknya anda syukuri. Jika jawabannya "menyesali" , maka cari terus alasan mengapa dan mengapa anda menyesali sesuatu itu.
Sekian dulu artikel "Merasa Kaya - Memotivasi diri untuk selalu bersyukur " . Saya tulis ini karena termotivasi ada orang yang saya kenal kerjaanya tiap hari mengeluh terus, sampai saya bilang "kenapa Tuhan tidak menjadikan dirimu sebagai Ayam saja ya, sepertinya sia-sia Tuhan memberimu segala kesempurnaan tubuh, dan mental tapi tak pernah kau syukuri dan manfaatkan secara maksimal untuk berpikir dan bertindak" (dan syukur dia malah sadar dengan kalimat pedas yg saya ucapkan itu).
Dari uraian di atas, maka maslah orang bisa bersyukur atau tidak, sedih atau senang , merasa menderita atau bahagia, sesungguhnya hanya masalah sinyal-sinyal syaraf . Maka jika ada manusia yang hanya karena masalah problema ekonomi, percintaan dan sejenisnya lalu menjadi lupa daratan, ada yang bunuh diri, menderita bathin, menyesali hidup... adalah sangat ironis dan tidak adil dalam memperlakukan tubuh yang sudah banyak memberikan manfaat selama hidupnya. Jika konteks ini dibawa kedalam Norma atau Agama, tentu mudah kita katakan dengan bahasa "hidup adalah anugerah, hidup adalah cobaan, hidup mesti disyukuri, ingat hari pembalasan...DLL" . Tapi berdasarkan pengalaman yang ada , nilai-nilai luhur yang di ajarkan Agama tak selalu berhasil membimbing jalan hidup manusia dalam mengendalikan perasaan hatinya dalam hal-hal negatif tersebut diatas, hal ini tentu disebabkan karena faktor getaran rasa pada tubuh yang cenderung lebih kuat dan nyata mempengaruhi pikiran untuk bertindak , makanya suka ada kasus pencabulan di dalam pesantren oleh para santri bahkan kyai, hal itu terjadi taklain karena masalah rasa yang tak terkendali itu.
Itulah kenapa dalam point ini saya membahas masalah esensi rasa secara lebih detil, karena biarpun ada yang menganggap sepele, tapi kenyataannya msalah rasa inilah kekuatan terbesar yang menempel dalam diri manusia dan mengendalikan kehidupan manusia didunia ini. Rasa menentukan kehancuran atau kebangkitan nasib manusia.
So, buat teh manis dan lalu duduk manis , dan tanyakan saat itu juga kepada diri sendiri : "apakah saat ini aku sedang mensyukuri apa yang kumiliki dalam hidup ini, atau sedang menyesali..? ", jika jawabannya , saya "bersyukur", maka cari terus apa-apa yang memang selayaknya anda syukuri. Jika jawabannya "menyesali" , maka cari terus alasan mengapa dan mengapa anda menyesali sesuatu itu.
Sekian dulu artikel "Merasa Kaya - Memotivasi diri untuk selalu bersyukur " . Saya tulis ini karena termotivasi ada orang yang saya kenal kerjaanya tiap hari mengeluh terus, sampai saya bilang "kenapa Tuhan tidak menjadikan dirimu sebagai Ayam saja ya, sepertinya sia-sia Tuhan memberimu segala kesempurnaan tubuh, dan mental tapi tak pernah kau syukuri dan manfaatkan secara maksimal untuk berpikir dan bertindak" (dan syukur dia malah sadar dengan kalimat pedas yg saya ucapkan itu).